Beautiful - A short story from day6 song [II]
Part 2
"Semua tentang kita itu indah. Tapi sayang, sudah menjadi sebuah film di masa lalu,"
Vidio dalam laptopku memutar bagian dimana aku mengenggam erat jemarinya, begitupiun sebaliknya. Kami seakan terikat, tak mau melepas.
"Semua kenangan tentang Arez, bahkan perkataan Arez. Ialah masa lalu untuk Alea, bukan?"
"Tanpa lewat satu hari pun, Alea selalu mendahulukan Arez. Meski tidak penting, Alea selalu meminta maaf dan berterima kasih. Arez sangat ingat itu,"
Aku sempat mengambil nafas sejenak sebelum melanjutkan.
"Kadang, Arez masih memikirkan Alea. Apakah Arez harus menghubungi Alea? Ada banyak waktu untuk memikirkan hal itu. Tapi, kemudian Arez sadar. Ini semua sudah berakhir,"
"Tidak peduli seberapa besar Arez menginginkan Alea. Alea akan tetap menjadi sebuah akhir film, dari masa lalu, dan Arez tau itu,"
Ting !
Tiba-tiba ada pesan pribadi masuk dalam ponselku. Itu darinya.
"Berhentilah.." katanya.
Aku terkekeh pelan membaca itu. Ternyata dia benar-benar sudah tidak ingin aku.
"Ah, Arez pasti sudah membuat pendengaran Alea rusak ya? Baiklah, Arez akan mengakhiri secepatnya,"
Kebetulan vidio ini pun juga hampir habis. Dan yang terputar sekarang adalah bagian dimana kami duduk berdampingan memandangi matahari terbenam.
Saat itu Alea tengah bersedih, jadi Arez memberikan bahu untuk ia sandari.
"Yang terakhir, air mata yang pernah Alea tunjukkan pada Arez. Juga saat-saat kita bersama, semuanya benar-benar sudah berlalu. Namun, Alea akan tetap cantik,"
"Good night, my first and last love,"
Setelahnya aku memutus sambungan telepon, menunduk, dan perlahan menangis. Menangisi kebodohanku, menangisi diriku, yang masih saja mengharapkan dia kembali.
Beautiful End
Komentar
Posting Komentar